Teknoflas.com – Mungkin anda pernah mendengar orang-orang yang tidur sambil berjalan, benarkah ada? Ya, memang ada. Tidur sambil berjalan atau dikenal dengan sleepwalking memang diderita oleh beberapa orang yang seringnya tidak menyadari. Namun, biasanya, mereka mengalami masalah kesehatan dalam kesehariannya. Salah satunya adalah masalah nyeri yang kronis, migrain dan sakit kepala. Hal tersebut diungkapkan dalam hasil penelitian yang dipublikasikan bulan ini di jurnal Sleep.
“Sleepwalking bisa jadi adalah penyakit 24 jam, tak sekadar kelainan yang muncul pada malam hari,” ujar penulis hasil penelitian Dr. Regis Lopez, ahli masalah tidur dari Gui-de-Chauliac Hospital di Montpellier, Perancis kepada Huffington Post.
Dari penelitian yang melibatkan 100 pasien sleepwalking tersebut, hampir separuhnya juga mengalami nyeri kronis dan sakit kepala. Kemudian, dua puluh dua persen mengalami migrain. Dan parahnya, para sleepwalker ini juga lebih mudah untuk merasa mengantuk di siang hari atau insomnia.
Sekitar 79 persen dari partisipan penelitian melaporkan bahwa mereka bahkan tak bisa merasakan nyeri jika cedera selama berjalan sambil tidur. Hal tersebut, menurut Lopez, merupakan hubungan antara tidur, sebagian otak yang masih dalam keterjagaannya, dan sebagian lainnya dalam kondisi tidur yang dalam sehingga berdampak pada persepsi akan rasa nyeri.
Dari National Sleep Foundation, sleepwalking terjadi pada satu dari 15 persen populasi manusia. Namun, biasanya terjadi pada anak-anak, terutama mereka yang punya masalah sleep apnea atau yang pernah mengompol dalam tidur. Kelainan ini juga merupakan turunan dalam keluarga.
Di samping adanya keterkaitan genetik, bagaimanapun, ada lingkungan yang harus diwaspadai oleh sleepwalker yaitu untuk meminimalkan risiko bahaya.Para Sleepwalker harus menghindari pemicu gangguan tidur seperti minuman alkohol dan makanan pedas dan hindari pula saat-saat kekurangan tidur.