Teknoflas.com – Dewasa ini tengah marak bentuk kekerasan seksual pada anak. Hal tersebut menjadi perhatian penting bagi masyarakat, khususnya pemerintah yang secara struktural mampu menangani. Kekerasan yang menimpa anak-anak di bawah umur menunjukkan bahwa anak semakin rentan menjadi korban dari ancaman kekerasan seksual.
Terkadang sikap orangtua membuat anak takut untuk melaporkan kekerasan seksual yang terjadi pada dirinya. Sehingga, hal tersebut mengakibatkan anak memilih diam yang dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar terhadap perkembangan mental anak.
Bagaimana cara mengatasi anak yang menjadi korban kekerasan seksual?
Seorang psikiater anak dan remaja Dr Suzy Yusna Dewi mengatakan bahwa kuncinya terletak pada perubahan perilaku. Apabila hal tersebut terjadi, orang tua diharapkan kooperatif mencari tahu bukan malah marah-marah.
Mengapa demikian? adanya agresi dari orangtua, anak akan cenderung diam dan berubah defensif. Jika sudah demikian, masalah akan semakin pelik mengingat luka psikis tidak dapat sembuh secara ‘terlihat’ bahkan dapat mengganggu perkembangan mental anak.
“Anak akan mudah merasa takut, punya rasa cemas berlebihan, susah makan dan tidur karena mimpi buruk,” ujar Suzy.
Jika tidak segera ditangani, efeknya semakin buruk, korban dapat menajdi pelaku bahkan predator. Efek lainnya adalah adanya gangguan psikis yang membuat pertumbuhan terhambat, prestasi akademik rendah, kepribadian tertutup, kurang dapat bersosialisasi, tidak produktif. Bahkan, anak dapat menjadi calon psikopat.
Dengan demikian, jika orangtua atau keluarga merasa dan mengenali anak sebagai korban kekerasan seksual, sangat disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter dan memeriksakan bagaimana kondisi anak. Jangan lupa melaporkan kejadian tersebut kepada pihak yang berwajib. Cara efektif yang dapat dilakukan untuk menangani anak yang trauma akibat menjadi korban kekerasan yaitu memberikan perhatian penuh dari keluarga serta memberikan terapi kejiwaan pada anak.