Teknoflas.com – Tidur minimal delapan jam sehari telah menjadi hal yang begitu terkenal dalam bidang kesehatan. Durasi ini dianggap paling ideal untuk beristirahat pada malam hari sehingga tubuh lebih segar di pagi hari.
Namun dewasa ini, perkembangan teknologi sering dikaitkan dengan pengaruhnya dalam kualitas tidur. Teknologi disebut-sebut sebagai pengganggu keharusan untuk tidur dua jam. Sinar yang dipancarkan televisi, ponsel, tablet, atau laptop dianggap penyebab kesulitan tidur.
Akibatnya, tubuh pun terasa mudah lelah dan sulit konsentrasi. Namun, benarkah tidur selama delapan jam dan mendapatkan tidur yang berkualitas mampu memperpanjang umur?
Ternyata, nenek moyang yang umurnya cenderung lebih panjang dari zaman sekarang memiliki jam tidur tidak penuh selama delapan jam.
Hal ini dikatakan dalam sebuah penelitian yang dilakukan Universitas California di Los Angeles. Peneliti meriset suku di Tanzania, Namibia, dan Bolivia untuk menemukan bagaimana pola tidur yang diterapkan oleh manusia purba.
Sebelumnya, ada pendapat bahwa mereka tidur seketika setelah matahari terbenam. Mereka tak punya cahaya yang menjadi alasan untuk bertahan mengobrol atau teknologi untuk menonton.
Namun peneliti menemukan, mereka ternyata tetap tidak tidur bahkan terjaga sampai rata-rata tiga jam dan 20 menit setelah matahari terbenam. Menariknya, itu tidak menjadi efek negatif bagi kesehatan, meski tidur jadi kurang.
“Ada asumsi kita semua harus tidur delapan sampai sembilan jam per malam, dan jika teknologi modern diambil kita bisa tidur lebih lama. Untuk pertama kalinya kami menunjukkan itu tidak benar,” ujar Gandhi Yetish, calon PhD di Universitas Meksiko.
Mengutip Female First, pemimpin penelitian, Jerome Siegel menambahkan, “Alih-alih mengatakan budaya modern telah mencampuri pola tidur natural, di kasus ini budaya modern dengan lampu elektrik dan pengontrol suhu justru mengembalikan pola tidur natural.”