Teknoflas.com – Sebuah fenomena astronomi langka baru saja terjadi pada 28 September 2015, tepatnya sekitar pukul 8-9 pagi WIB. Blood Moon alias gerhana bulan darah raksasa baru saja menghiasi langit malam sejumlah negara yang terletak di kawasan benua Asia Barat, Afrika dan Amerika.
Fenomena gerhana bulan darah raksasa tak sering terjadi layaknya Blue Moon. Menurut catatan sejarah, Blood Moon terakhir kali terjadi pada tahun 1982 dan diprediksi kembali muncul pada tahun 2033. Dibalik fenomena langka ini, ada empat cerita menarik dibaliknya.
1. Colombus menipu suku Indian
Sewaktu melakukan ekspedisi keempat di benua Amerika, Christopher Colombus tiba di sekitar pulau Jamaika dan sempat bentrok dengan suku Indian lokal. Untungnya ada seorang ahli astronomi yang ikut serta dalam ekspedisi tersebut.
Mengetahui jatuhnya tanggal kehadiran Blood Moon, maka Colombus memanfaatkan fenomena alam itu untuk menipu suku Indian. Ia mengkaitkan kehadiran gerhana bulan darah sebagai bentuk kemarahan dewa atas perlakuan buruk yang diterimanya.
Setelah menyaksikan kejadian itu dengan mata kepala sendiri, suku Indian Jamaika tunduk dan memanjakan Colombus dengan beragam jenis makanan.
2. Pertanda kiamat
John Hagee, seorang pastur Amerika yang menulis buku ‘Four Blood Moons’, menyebut peristiwa gerhana bulan merah yang terjadi dalam 2 tahun ini merupakan pertanda kiamat. Seperti diketahui, fenomena ini memang terjadi dalam empat sesi. Sebelumnya dua sesi terjadi pada tahun 2014, sesi ketiga pada malam paskah lalu dan sesi keempat alias terakhir pada 28 September 2015.
3. Blood Moon tak berbahaya
Ketika Blood Moon sesi pertama, kedua dan ketiga terjadi, sejumlah pihak mengkaitkan dengan kejadian yang berimbas pada malapetaka. Namun kabar miring itu dibantah keras oleh NASA. Menurut badan luar angkasa tersebut, perubahan warna bulan disebabkan oleh tertimpa bayangan dari Bumi dan tak ada sangkut paut dengan hal-hal mistis.
4. Jarak makin dekat
Kawasan yang bisa menyaksikan Blood Moon, maka bulan terlihat 14% lebih besar daripada sebelumnya. Mengapa itu terjadi…? Selain pengaruh bulan purnama, pada kondisi Blood Moon membuat jarak orbit Bulan ke Bumi jadi semakin dekat untuk sementara waktu saja. Normalnya berjarak 384.600 KM, namun pada saat Blood Moon menjadi 363.700 KM. Selain 14% lebih besar, cahaya yang dipantulkan ke Bumi jauh lebih terang.