Pencalonan Jenderal Gatot Nurmantyo sebagai calon tunggal Panglima TNI ternyata memicu sejumlah kontroversi. Konon penunjukan Jenderal TNI KASAD itu dipandang sudah menyalahi aturan rotasi matra.
Meskipun demikian, pilihan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ini tetap harus dihormati semua kalangan. Apalagi pencalonan diikuti dengan alasan penguatan di segi pertahanan negara dan politik pemerintahan.
Menurut pandangan Muradi selaku pengamat militer dari Universitas Padjajaran (Unpad), ada tiga hal utama yang dinilainya menjadi alasan pencalonan tunggal Jenderal Gatot Nurmantyo. Alasan pertama, Presiden Jokowi menginginkan konsolidasi politik secara total di era kepemimpinannya.
“TNI bisa memberikan konsolidasi politik secara total kepada Presiden. Pemilihan Gatot merupakan bagian dari upaya untuk mendapatkan dukungan TNI secara total,” ucap Muradi kepada rekan-rekan wartawan, Rabu (10/6).
Alasan kedua dilihat dari segi figur, Gatot dipandang punya konsep dan pemikian yang bisa memperkuat berbagai program unggulan milik pemerintah. Bahkan sejumlah program tersebut telah ditanamkan oleh pihak internal TNI AD lewat jejaring teritorial.
Bila dibandingkan dengan kepala staf lainnya, Jenderal Gatot Nurmantyo tergolong paling senior sehingga dipandang akan bisa mengelola hubungan yang bisa ditetapkan ke publik dan tiga matra.
Menurut penjelasan Muradi yang kini menjabat Ketua Pusat Studi Politik & Keamanan Unpad Bandung, adapun alasan ketiga yaitu pengembangan doktrin dan postur pertahanan yang masih terikat erat dengan basis kontinen. Hal ini terkait soal kapasitas keuangan negara dalam pengembangan lebih responsif, terutama saat menggantikan paradigma kontinen ke bidang dirgantara dan maritim.
Muradi menambahkan, pemilihan Gatot Nurmantyo merupakan bagian upaya untuk menggeser paradigma pertahanan. Apalagi disertai dengan penguatan dukungan pertahanan, pengintegrasian doktrin negara, TNI, anggaran dan doktrin tiga matra. Itulah yang membuat sosok Gatot dinilai strategis untuk menjalankan perannya demi pengintegrasian dan penguatan ketiga angkatan.
“Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa Gatot harus menempatkan diri sebagai Panglima TNI dan bukan salah satu panglima matra saja. Harus ada keseimbangan dari tiga matra,” tutupnya.
Nama Jenderal Gatot Nurmantyo sudah malang melintang sejak jaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dia sempat masuk bursa pemilihan KSAD beberapa waktu silam hingga akhirnya terpilih di kesempatan berikutnya.