Beras milik seorang pedagang di Pasar Mutiara Gading Timur, Bekasi, yang diduga palsu dan terbuat dari plastik telah diperiksa oleh Laboratorium Sucofindo. Hasilnya menyebutkan bahwa beras itu positif mengandung bahan baku plastik dengan kandungan Polyvinyl Chloride atau PVC.
Senyawa itu diketahui usai Sucofindo memeriksa sampel beras dengan menggunakan alat bantuan, screening spectrum infrared.
“Setelah kami teliti secara seksama, beras itu mengandung polyvinyl chloride. Senyawa yang bisa digunakan untuk membuat kabel ataupun pipa,” ucap Adisam ZN, Kepala Bagian Pengujian Laboratorium Sucofindo, saat ditemui di Kantor Walikota Bekasi, Kamis (21/5) siang.
Seperti diketahui, mengkonsumsi makanan yang terbuat dari senyawa PVC memberi dampak berbahaya bagi kesehatan tubuh. Efek tercepat yang dirasakan seperti sakit perut hingga kanker bila dikonsumsi berkelanjutan
“Bila dikonsumsi tanpa batasan akan membuat konsumen menderita mual sakit perut karena senyawa itu tak bisa dicerna. Jika dikonsumsi dalam jangka waktu cukup lama, konsumen bisa menderita kanker,” ucap Adisam. (Baca: Efek Samping Berbahaya Mengkonsumsi Beras Palsu Dari Plastik)
Adisam menjelaskan, penggunaan senyawa PVC telah dihentikan di Eropa, terutama sebagai bahan baku pembuatan mainan anak-anak yang tergolong berbahaya bila tertelan. “Untuk bahan pembuatan mainan anak saja dilarang, apalagi dicampurkan ke dalam makanan,” tegasnya.
“Ini kalau dikonsumsi jangka panjang justru menyebabkan kanker. Hal ini sudah dibuktikan via hasil lab ke seekor tikus. Setelah diberi makan yang mengandung PVC, komponen organnya berubah,” ungkap Adisam.
Pembeli harus bisa membedakan mana yang asli dan palsu agar tak terkecoh membeli beras palsu dari plastik, salah satunya yaitu direndam ke dalam air. Beras asli kalau direndam, air rendaman akan berubah warna jadi putih dan tekstur beras jadi lembek seperti bubur. Sedangkan rendaman beras plastik tidak akan terjadi apa-apa bahkan air pun tidak akan menyatu.
“Beras plastik akan menggumpal bila dimasak, seperti pengakuan pelapor ibu Dewi,” tutup Adisam.
Kasus beras palsu mulai mencuat ke telinga masyarakat setelah pedagang nasi uduk bernama Dewi Setiani membeli beras di pedagang langganannya di Pasar Mutiara Gading Timur, Bekasi. Saat itu dia ditawari beras Karawang merek Straramos dengan harga Rp 8000 per kilo. Sang pedagang yang dimintai keterangan oleh pihak kepolisian mengaku tak tahu asal muasal beras itu karena hanya bertindak sebagai pihak ketiga.