Tim SAR Gabungan tengah berupaya mengevakuasi tubuh pendaki jatuh di kawah merapi, Eri Yunanto (21). Menurut Surono, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, ada sejumlah resiko yang mengancam keselamatan jiwa tim evakuasi dalam menyelesaikan misi ini.
“Yang perlu diperhatikan para anggota Tim SAR Gabungan yaitu keselamatan mereka sendiri. Disarankan memakai masker full face, pastikan wajah tertutup rapat sehingga tak terhirup gas beracun,” ungkap Surono. (Baca: Tim SAR Sukses Temukan Tubuh Eri di Kawah Merapi)
Pernyataan itu diucapkan langsung oleh Mbah Rono – panggilan akrab Surono – kepada kalangan wartawan saat ditemui di kantor BPPTKG, Yogyakarta, Senin (18/5).
Menurut Surono, temperatur kawah Merapi bisa mencapai suhu 200 derajat celcius. “Misi kali ini bisa dikategorikan ‘sangat berbahaya’. Tim SAR tak hanya menghadapi suhu panas, tetapi kepungan gas beracun,” terangnya.
“Kondisi kawah di sana paling aktif. Yang paling saya takutkan yaitu gas beracun. Ada sejumlah gas berbahaya seperti CO atau CO2 yang kadarnya sangat tinggi. Sekali terhirup bakal membahayakan keselamatan jiwa,” terangnya.
Selain gas beracun, kondisi bebatuan di Puncak Garuda Merapi dinilai tidak stabil. Hal itu disebabkan efek letusan tahun 2010 silam yang tergolong sangat besar dan mempengaruhi stabilitas bebatuan sehingga kemungkinan longsor bisa saja terjadi.
“Ada banyak hal yang harus diwaspadai oleh Tim SAR Gabungan. Mereka harus siaga dan hati-hati terhadap sejumlah kemungkinan. Tali yang dipakai untuk menuruni kawah harus diketahui kekuatannya terhadap suhu panas. Biasanya suhu kawah 200 derajat celcius bisa dipenuhi uap yang bersuhu lebih dari 50 derajat celcius,” ungkap Surono.
“Sejumlah hal penting harus diperhatikan oleh Tim SAR. Keselamatan semua anggota harus menjadi opsi pertama,” tambahnya.
Mbah Rono menyarankan tim penyelamat mulai bekerja ketika sinar matahari menembus kawah. Dengan masuknya sinar matahari ke area kawah, maka kadar gar beracun akan berkurang dan memuai lebih cepat.
“Sinar matahari ke kawah Merapi bantu mengurangi kepadatan gas sehingga tidak membahayakan Tim SAR yang akan melakukan proses evakuasi,” ucap Surono.
“Gas beracun di sana efeknya berbahaya. Bila tak ada tekanan di atas permukaan tanah, maka jangkauannya bisa naik hingga setinggi manusia. Peluang terhirup pun lebih besar,” terangnya.