Masalah yang tidak pernah terlepas dari negara ini adalah masalah perekonomian. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami kelemahan dibidang perekonomian. Sektor ekspor jarang sekali digunakan oleh Indonesia untuk mengenalkan jati diri negara. Kita lebih banyak menggunakan sektor import dan layak dikatakan sebagai konsumen. Dari hasil analisis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tercatat paling lambat dalam lima tahun terakhir. Salah satu faktor utamanya adalah lemahnya permintaan dari pasar ekspor dan anggaran belanja yang lemah.
Menurut Badan Pusat Statistik, perekonomian Indonesia yang dilansir dari (okezone.com) tingkat pertumbuhan dimulai dari angka 4,71% dari tahun sebelumnya, dan melambat 5,01% dari triwulan sebelumnya. Secara kuartalan, perekonomian menyusut 0,18% setelah mengalami kontraksi 2,06% pada periode Oktober-Desember. Dari kualisifikasi data tersebut menyoroti segala macam tantangan yang akan dihadapi oleh Presiden Joko Widodo dalam memenuhi janji yang sudah beliau katakan yakni, mendongkrak PDB dan menggelontorkan miliaran dolar untuk pembangunan infrastruktur di tanah air. Dari permasalahan tersebut beberapa komentar tentang pertumbuhan ekonomi RI yang melambat dirangkum dalam wacana berikut ini:
Alasan pertama, pertumbuhan ekonomi yang rendah ini seharusnya dapat memaksa kembali peranan para investor untuk kembali menilai ekpektasinya atas pertumbuhan ekonomi Indonesia. Padahal Indonesia sendiri dapat berprestasi lebih baik, atau cara yang dapat ditempuh pakar ekonom Indonesia adalah menilik kembali ekspektasi pertumbuhan eknomi tahunan 5,4% per tahunnya.
Kedua, anggaran belanja pemerintah. Beberapa pendapat memberikan keyakinannya bahwa pertumbuhan ekonomi akan segera membaik pada tahun kedua (2015) ini. Dikarenakan anggaran belanja pemerintah mengalami peningkatan. Adanya wacana bahwa revisi anggaran pemerintah telah disetujui dan realisasinya akan dimulai pada awal april lalu. Dan pada bulan ini program pembangunan akan segera dipercepat. Untungnya masyarakat masih dapat percaya pemerintah akan memenuhi janji untuk melakukan reformasi struktural pada banyak aspek. Reformasi yang tengah berlangsung dari segi sektor hukum, minyak, dan gas juga maritim. Di sisi lain pemerintah juga mengeluarkan Rp 7 triliun dari anggaran yang diberikan sebesar Rp 299 triliun untuk proyek infrastruktur pada tahun 2015.
Ketiga, kebijakan moneter yang menjadi salah satu pertumbuhan eknomi Indonesia melambat. Naiknya inflasi dan risiko dana dari bank sentra AS membuat BI harus menunggu untuk menurunkan suku bunga. Harapan BI adalah adanya pemangkasan suku bunga sebesar 50 poin, sehingga nantinya pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi RI akan terdongkrak.
Keempat, target ekpektasi untuk nilai pertumbuhan adalah sebesar 5,7% pada tahun ini. Namun keadaan infrastuktur yang tidak optimal membuat pasar mengalami penurunan ekspektasi. Sehingga hal ini yang membuat nilai pertumbuhan ekonomi RI mengalami penurunan. Walaupun Presiden sudah menjanjikan pada juni-juli ini pasar infrastruktur akan optimal.
Kelima, kemerosotan rupih merupakan salah satu faktor eksternal. Dengan kemerosotan nilai tukar rupiah menjadikan melemahnya nilai perekonomian RI. Sehingga, pemerintah harus segera meningkatkan koordinasi antar lembaga untuk dapat mempercepat melakukan belanja anggaran. Pemerintah harus memprioritaskan pertumbuhan ekonomi untuk menambah pemasukan pajak.