Peristiwa heboh Menteri Jonan marahi Menteri Belanda terjadi akibat pembatalan sepihak jelang berlangsungnya Investor Forum 2015 di Den Haag. Sebelumnya, mantan bos PT KAI itu dijadwalkan bertemu sejumlah investor dan melihat langsung sejumlah fasilitas transportasi milik negeri kincir angin tersebut.
Dalam ajang serupa, Ignasius Jonan dijadwalkan bertemu Melanie Schultz van Haagen, Menteri Belanda di bidang Infrastruktur dan Lingkungan. Sayangnya semua agenda yang sudah disusun sejak lama terpaksa dibatalkan Jonan.
Keputusan itu sengaja diambil terkait sikap pemerintah Belanda yang memprotes eksekusi mati gerbong narkoba oleh pemerintahan Jokowi-JK beberapa waktu silam. Menurut penuturan Hadi Mustofa Djuraid, staff khusus Menteri Perhubungan, Jonan kecewa terhadap pemerintah Belanda yang menginstruksikan Menteri Melanie Schultz van Haagen membatalkan pertemuan
Menteri Jonan marahi Menteri Belanda setelah mengetahui alasan utamanya. “Bapak Jonan mendapat kabar pembatalan dari pihak kedubes Belanda, pada saat itu juga dirinya tampak sangat kecewa,” ungkap Hadi kepada wartawan saat ditemui di Jakarta, Kamis (7/5).
Jonan mengaku kecewa karena pemerintah Belanda melibatkan urusan ekonomi dan bisnis dengan masalah hukum dan politik. Mendapat kabar itu, Jonan langsung mengeluarkan keluhannya. “Kalau mereka menolak hadir, kita tidak jadi datang,” ucap Hadi sambil meniru ucapan Jonan saat itu.
Keputusan berani itu diambil setelah berkonsultasi langsung dengan pihak kedubes di Belanda. Selain enggan hadir ke Investor Forum 2015, Menteri Jonan juga menolak kunjungan studi banding ke Rotterdam. “Sebenarnya Bapak Menteri tidak marah besar, tetapi kecewa dengan sikap pemerintah Belanda,” ungkap Hadi.
Hingga saat ini, pemerintah Belanda belum menyampaikan permintaan maaf secara resmi. Menteri Jonan enggan menanggapi dan menyerahkan permasalah itu kepada Kemenlu.
Langkah berani Jonan mendapat sejumlah dukungan, salah satunya dari pengamat penerbangan Dudi Sudibyo. “Keputusan Jonan sudah tepat. Pihak Belanda yang lebih dulu membatalkan.”
Pengamat penerbangan Gerry Soejatman juga menyampaikan pendapat serupa. “Itulah resiko yang dihadapi Indonesia, tetapi sebenarnya urusan bisnis tak boleh bentrok dengan urusan politik. Konteksnya beda,” terangnya.
Menurut Gerry, reaksi pemerintah Belanda terhadap eksekusi mati gembong narkoba internasional oleh Indonesia diprediksi hanya berlangsung jangka pendek saja. Tindakan Menteri Jonan marahi Menteri Belanda tidak akan berimbas apapun.
“Kita tidak akan menderita kerugian apapun. Masih banyak negara lain yang mau menjalin kerja sama dengan Indonesia. Semua tergantung prinsip yang dipegang masing-masing negara,” tuturnya.